Hidup Bermasyarakat
Pak Darma, paman saya, sedang
berbincang-bincang dengan beberapa orang tamunya. Mereka adalah para pengurus RT 09 di kampung
Bahari. Sebagai ketua RT, Pak Darma
menampung aspirasi warganya. Aspirasi
warga kemudian dimusyawarahkan dengan seluruh warga. Perbincangan mereka mengenai kegiatan
pembangunan kampung.
Sudah
sejak lama para warga ingin mempunyai sarana umum berupa rumah sederhana untuk
tempat pertemuan warga RT 09, kampung Bahari.
Berdasarkan hasil musyawarah, para warga sepakat untuk membayar iuran
dalam rangka mendirikan rumah sederhana.
Pak RT dan pengurus yang lain menyambut baik hasil musyawarah. Mereka kemudian membentuk panitia untuk
melaksanakan pembangunan rumah sederhana.
Dalam waktu 3 bulan uang iuran telah
terkumpul. Warga masyarakat juga ada
yang menyumbang bahan bangunan, seperti semen, keramik, kayu, atau batu. Pak RT dan pengurus lain mengumpulkan panitia
pembangunan untuk merencanakan pelaksanaan pembangunan rumah sederhana. Setelah disepakati bersama, maka ditentukan
hari dimulainya pembangunan rumah sederhana.
Pada hari Minggu, seluruh warga
kampung Bahari yang telah dewasa diundang untuk bergotong royong memulai
pekerjaan pembangunan. Pemasangan batu
pertama dilakukan oleh Pak Darma sebagai ketua RT 09. Para warga kemudian memulai kerja bakti,
seperti mencampur semen dengan pasir, mengambil air, mengusung batu, dan
membersihkan lingkungan. Mereka bekerja
dari pagi hingga sore. Sebagian warga
yang lain menyiapkan makanan dan minuman.
Mereka bergotong royong dengan hati yang tulus untuk meraih tujuan
bersama.
Dalam waktu kurang lebih dua bulan,
pembangunan rumah sederhana untuk tempat pertemuan telah selesai. Meskipun tidak luas namun rumah itu cukup
untuk menampung pertemuan warga RT 09 di kampung Bahari. Rumah tersebut dapat berdiri berkat gotong
royong para warga.
Sikap
gotong royong dalam masyarakat perlu dipupuk dan dikembangkan. Dalam gotong royong terkandung nilai-nilai
seperti toleransi, setia kawan, saling memahami, kerja sama, saling menghargai,
dan rasa persatuan. Gotong royong harus
dilandasi oleh sikap tanggung jawab dan kerja keras agar tujuan yang diharapkan
dapat terwujud.
Kerja
sama atau gotong royong merupakan bentuk utama dari proses interaksi sosial
karena pada dasarnya interaksi sosial yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang bertujuan untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan
bersama. Mulai dari kehidupan dalam
keluarga, antarkeluarga, sampai kehidupan masyarakat luas.
Kita tentu dapat mengembangkan sikap
gotong royong dalam berbagai bidang kehidupan.
Kegiatan gotong royong dapat diterapkan di rumah, di kampus, maupun
dalam pergaulan sehari-hari.
Di
kampus kita dapat bergotong royong seperti mengerjakan tugas kelompok, belajar
bersama sebelum ujian, dan kegiatan yang lain yang bertujuan untuk kepentingan
bersama. Gotong royong berarti melakukan
pekerjaan bersama-sama, tolong menolong, dan bahu membahu.
Hasil
gotong royong dirasakan secara bersama-sama pula. Jadi, kegiatan gotong royong didasari oleh
keinginan untuk mencapai tujuan bersama.
Sikap gotong royong telah dimiliki oleh masyarakat Indonesia sejak zaman
nenek moyang. Tradisi gotong royong
harus dilestarikan dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Tradisi
kerja sama yang umum dikenal pada masyarakat pedesaan di Indonesia adalah pola
gotong royong dengan berbagai variasi yang khas, antara lain :
1) Pada
masyarakat Sunda dikenal Sambat Sinambat ketika akan mengerjakan sawah,
membangun rumah, menyelenggarakan perhelatan seperti pesta perkawinan, dan
lain-lain.
2) Pada
masyarakat Jawa dikenal bentuk gotong royong yang dinamakan Gugur Gunung ketika
akan mengerjakan sawah, memperbaiki bendungan, dan lain sebagainya.
3) Pada
masyarakat Bali dikenal organisasi Subak yang mengatur sistem pengairan sawah.
4) Pada
masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara dikenal organisasi pertanian Mapalus
seperti Subak di Bali.
Gotong royong merupakan salah satu ciri khas
bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia
bangga mempunyai tradisi gotong royong dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar